Rabu, 30 Maret 2022

Serunya Berpetualang dan Belajar Sejarah Bersama “Adriana”

Adriana, film dari Fajar Nugros yang dirilis tahun 2013. Diangkat dari novel berjudul Adriana, Labirin Cinta di Kilometer Nol. Film yang tak hanya menyajikan romansa remaja, namun juga ilmu sejarah. Bisa dibilang Adriana adalah film yang mengajak kita untuk belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan, yaitu melalui teka-teki. Total ada 7 teka-teki sepanjang film ini. Lebih sedikit di banding teka-teki yang ada di novelnya. 

Film Adriana dibintangi oleh Eva Celia sebagai Adriana, Adipati Dolken sebagai Mamen, Kevin Julio sebagai Sobar dan Agus Kuncoro sebagai Pak Guru. Menurut pendapat saya pemain diatas sudah mampu membawakan peran masing-masing dengan baik, hanya saja Eva Celia masih kurang luwes aktingnya dan kemistri dengan pemain lain kurang kuat. Namun jangan khawatir duet Kevin Julio dan Adipati di film ini sangat baik dan menghibur.

Film Adriana sendiri berkisah tentang teka-teki petualangan cinta Adriana dan Mamen. Saat bertemu di lift Perpustakaan Nasional, Adriana memberikan teka-teki pada Mamen ketika laki-laki itu hendak mengajaknya berkenalan. Dari teka-teki itulah petualangan cinta Mamen dimulai. Mamen yang ketika SMA mendapatkan nilai pelajaran Sejarah jelek meminta bantuan sahabatnya yang biasa dipanggil Sobar untuk membantu memecahkan teka-teki dari Adriana. Sobar sendiri adalah anak yang pandai dalam pelajaran sejarah dan kini menjadi seorang Asdos di kampus dan juga bekerja di sebuah toko buku.

Meskipun seorang asisten dosen, namun ternyata Sobar salah menerjemahkan teka-teki yang pertama. Akhirnya Mamen gagal bertemu juga berkenalan dengan perempuan itu. Esoknya Mamen mendapat teka-teki baru lagi. Dia kembali meminta tolong Sobar. Namun ketika Mamen membacakan teka-tekinya pada Sobar, laki-laki itu meminta Mamen memecahkan sendiri teka-tekinya. Tanpa bantuan Sobar, Mamen berkutat di perpustakaan sendirian untuk memecahkan teka-teki itu. Sebenarnya Mamen hampir selalu berhasil memecahkan teka-teki dari Adriana, namun sayangnya dia selalu terlambat, sehingga dia hampir tidak pernah berhasil bertemu dengan Adriana.

Dari teka-teki yang diberikan ini, kita jadi mengetahui banyak hal yang mungkin sewaktu kita masih sekolah guru sejarah kita tidak mengajarkan ilmu tersebut pada kita. Seperti Bung Karno yang rela menjual mobil pribadinya untuk membiayai pembangunan Patung Dirgantara atau Patung Pancoran. Namun, sebelum Bung Karno melihat patung tersebut berdiri tegak, beliau sudah terlebih dahulu wafat. Lalu kita juga dapat ilmu baru kalau ternyata Patung Dirgantara tersebut menunjuk ke arah Bandara Kemayoran. Bandara Internasional Pertama di Indonesia yang sejak tahun 1985 berhenti beroperasi dan dipindahkan ke Bandara Halim Perdana Kusuma dan Bandara Soekarno Hatta. Selain itu ada juga informasi mengenai Bung Hatta yang sangat menginginkan sepasang sepatu Bally, namun tak pernah terbeli hingga beliau wafat. Bung Hatta bahkan menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya. Dan informasi terakhir yang mungkin tak pernah kita ketahui adalah bahwa gubernur jenderal Van Den Bosch memiliki seorang putri yang memiliki hati seperti malaikat. Dia bernama Adriana Van Den Bosch. Berbeda dengan ayahnya yang memerintah dengan tangan besi dan mencetuskan kegiatan tanam paksa, Adriana Van Den Bosch malah lebih suka membantu pribumi yang kelaparan dan terkena penyakit. Tidak segan Adriana menemui mereka langsung dan memberikan bantuan pada orang pribumi, seperti memberi makanan dan obat-obatan. Naasnya Adriana lalu tertular penyakit Malaria dari orang pribumi dan wafat dalam usia yang masih muda, yaitu 23 tahun. Dalam pelajaran sejarah sewaktu kita sekolah mungkin guru sejarah kita hanya membahas bagaimana kejamnya pemerintahan Van Den Bosch dan tidak pernah membahas jasa putrinya untuk kaum prbumi.

Film ini memiliki pesan moral yang bagus, yaitu tentang generasi muda saat ini yang sudah mulai melupakan sejarah bangsanya sendiri dan tidak mengetahui sejarah bangsanya. Nilai-nilai historis generasi muda banyak yang sudah mulai pudar.  Padahal pelajaran sejarah masih diajarkan di sekolah hingga saat ini. Entah hal ini disebabkan oleh penyampaian materi yang kurang mengasyikkan atau memang bagi generasi muda saat ini pelajaran sejarah dianggap sudah kuno dan tidak penting. Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Lalu bagaimana kita bisa menghormati jasa pahlawan, kalau kita saja tidak mau mengenal pahlawan kita.

Impian tidak harus selau berada di atas. Kadang kita perlu ke atas untuk melihat ke bawah.


#SelamatHariFilmNasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar