Hai-hai
selamat malam. Di postingan kali ini aku bakal ngebahas tentang penulis favorit
aku. Di indonesia tentu banyak dong penulis, baik itu yang sudah jelas
kualitasnya maupun yang masih amatiran. (yang nulis blog ini contohnya).
Langsung aja ya nggak usah lama-lama karena mata udah sepet daritadi mandangin
monitor mulu.
1. Dee Lestari
Penulis pertama favoritku adalah Dee Lestari. Mungkin sudah banyak sekali yang mengidolakan penulis yang satu ini. Adeection, sebutan untuk penggemarnya, juga sudah banyak apalagi semenjak novel Supernova yang pertama diterbitkan. Nggak salah memang mengidolakan Dee, penulis yang satu ini selain tulisannya yang rapih dan mudah dicerna juga cerdas. Tak banyak atau malah belum ada, penulis Indonesia yang memasukkan berbagai macam istilah Ipa dalam novelnya. Sebut saja berbagai macam istilah fisika dalam novel Supernova yang pertama, Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, Lalu istilah Biologi dalam novel Supernova yang keempat, Partikel. Kalau bukan penulis yang cerdas aku rasa tidak akan sanggup menyusun novel yang sedemikian kaya dengan pengetahuan baru. Tema yang diangkat dalam novelnya juga fresh dan out of the box. Kalau aku punya kesempatan untuk ngasih penghargaan, tanpa pikir panjang aku langsung memilih Dee sebagai pemenangnya. BTW Mbak Dee kapan lanjutan IEP dicetak? Udah nggak sabar banget nih. Hehe.
2. Winna Efendi
Penulis yang satu ini selalu memukau dengan kisah romantis dari tokohnya yang selalu berbeda-beda. Tema yang diambil juga cukup fresh. Meskipun tulisannya tentang kisah cinta atau romantisme anak sekolahan, tapi Winna Efendi memiliki ramuan khusus dalam menulis atau menyampaikan setiap cerita dari tokohnya. Sehingga pembaca yang sudah bukan seumuran anak SMA tidak merasa membaca buku yang bukan sesuai dengan tingkat usianya. Intinya tulisan Winna Efendi ini sangat matang bagi semua kalangan, juga mudah dipahami.
3. Lexie Xu
1. Dee Lestari
Penulis pertama favoritku adalah Dee Lestari. Mungkin sudah banyak sekali yang mengidolakan penulis yang satu ini. Adeection, sebutan untuk penggemarnya, juga sudah banyak apalagi semenjak novel Supernova yang pertama diterbitkan. Nggak salah memang mengidolakan Dee, penulis yang satu ini selain tulisannya yang rapih dan mudah dicerna juga cerdas. Tak banyak atau malah belum ada, penulis Indonesia yang memasukkan berbagai macam istilah Ipa dalam novelnya. Sebut saja berbagai macam istilah fisika dalam novel Supernova yang pertama, Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, Lalu istilah Biologi dalam novel Supernova yang keempat, Partikel. Kalau bukan penulis yang cerdas aku rasa tidak akan sanggup menyusun novel yang sedemikian kaya dengan pengetahuan baru. Tema yang diangkat dalam novelnya juga fresh dan out of the box. Kalau aku punya kesempatan untuk ngasih penghargaan, tanpa pikir panjang aku langsung memilih Dee sebagai pemenangnya. BTW Mbak Dee kapan lanjutan IEP dicetak? Udah nggak sabar banget nih. Hehe.
2. Winna Efendi
Penulis yang satu ini selalu memukau dengan kisah romantis dari tokohnya yang selalu berbeda-beda. Tema yang diambil juga cukup fresh. Meskipun tulisannya tentang kisah cinta atau romantisme anak sekolahan, tapi Winna Efendi memiliki ramuan khusus dalam menulis atau menyampaikan setiap cerita dari tokohnya. Sehingga pembaca yang sudah bukan seumuran anak SMA tidak merasa membaca buku yang bukan sesuai dengan tingkat usianya. Intinya tulisan Winna Efendi ini sangat matang bagi semua kalangan, juga mudah dipahami.
3. Lexie Xu
Penulis satu ini terkenal dengan novelnya yang thiller dan
penuh darah. Awalnya aku tidak suka dengan semua hal yang berhubungan dengan
darah atau pembunuhan, apapun lah yang sadis seperti itu. Namun semenjak
membaca pertama kali novel nya yang berjudul Johan, aku seperti sakau untuk
terus membaca novel nya yang lain sampai seri yang terbarunya. Sehabis membaca
selalu nggak sabar untuk menantikan tulisan berikutnya. Walaupun karakternya agak
ke korea korea an (menurut pendapat aku) tapi nggak apalah. Sebenarnya di awal
serie dari Omen dan Dark Series agak kurang sreg, tapi selanjutnya malah
penaaran dan Kepo maksimal. Duh nggak sabar pengen baca Dark Series ke 4.
4. Ika Natassa
4. Ika Natassa
Jujur aku baru kenal penulis ini setahun belakangan. Awalnya
nggak ngerti siapa itu Ika Natassa, lalu aku mulai tertarik untuk baca karyanya
setelah lihat cuplikan adegan yang dibagikan di Instagram. Adegan film Antologi
Rasa. Kebetulan yang main si Refal Hady, jadi cari-cari info gitu. ternyata ini
dari novelnya Ika ya udah langsung nyari novel ini dan lanjut baca. Baru Ngeh
juga kalau film Critical Eleven ini adalah adaptasi dari novelnya. Setelahnya aku
baca-baca karya Ika yang lain. Favorit aku yang Antologi Rasa sama Twivortiare,
berasa nyata tokoh-tokohnya dan sanggup berulang-ulang baca tanpa bosan. Tapi aku
kecewa sama yang AVYW dan The Architecture of Love, entah kenapa kedua novel
ini nggak bisa senyata novel Antologi Rasa dan Twivortiare. Jadi broken deh
baca dua novel itu.
5. Charon
Kalau bukan karena film 3600 detik selamanya nggak akan kenal sama Charon. Karya Charon ini nggak kalah sama karya Winna Efendi. Pernah diadaptasi ke film juga, tapi sepertinya tidak selaku novelnya. Harus aku akui antara film dan novel lebih bagus yang di novel. Di film banyak sekali adegan yang tidak sesuai dengan di novel, ditambah-dikurangin oleh script writer. Mungkin bagi si penulis naskah adegan yang diganti itu kurang bagus atau kurang mengena, tapi setiap orang punya seleranya sendiri, justru adegan yang dihilangkan itu bisa jadi adegan yang penting bagi yang lain sehingga ketika adegan tersebut hilang bisa membuat penonton kehilangan sense dari film itu. Sayang banget sebenanya kalau novel di film kan, kadang bukannya tambah bagus malah semrawut. BTW Charon keren tulisannya. Pengen baca lagi karya-karyanya.
5. Charon
Kalau bukan karena film 3600 detik selamanya nggak akan kenal sama Charon. Karya Charon ini nggak kalah sama karya Winna Efendi. Pernah diadaptasi ke film juga, tapi sepertinya tidak selaku novelnya. Harus aku akui antara film dan novel lebih bagus yang di novel. Di film banyak sekali adegan yang tidak sesuai dengan di novel, ditambah-dikurangin oleh script writer. Mungkin bagi si penulis naskah adegan yang diganti itu kurang bagus atau kurang mengena, tapi setiap orang punya seleranya sendiri, justru adegan yang dihilangkan itu bisa jadi adegan yang penting bagi yang lain sehingga ketika adegan tersebut hilang bisa membuat penonton kehilangan sense dari film itu. Sayang banget sebenanya kalau novel di film kan, kadang bukannya tambah bagus malah semrawut. BTW Charon keren tulisannya. Pengen baca lagi karya-karyanya.
6. Orihara Ran
Kenal penulis satu ini waktu kuliah. Waktu rajin
ke perpus buat baca novel. Awalnya agak soudzon kalau novelnya
nggak sebagus covernya, tapi setelah dibaca halaman demi halaman makin jatuh
cinta sama tulisannya. Sumpah bagus banget. Berasa lihat dorama Jepang juga
waktu baca. Dan tokoh-tokohnya itu sepertinya sweet juga. Eaw. Haha. Idenya
juga fresh menurutku, ceritanya nggak ngebosenin, bahasanya mudah dicerna.
Pokoknya Orihara Ran adalah salah satu penulis yang bisa aku masukan daftar
sebagai penulis favorit dengan karya yang nggak bikin bosen dan selalu
dinantikan setiap karya barunya.
Itu adalah penulis favorit yang
karyanya selalu membekas diingatan saking berkesannya. Berharap mereka terus
menghasilkan karya yang bagus yang bikin penggemarnya selalu menantikan setiap
karya barunya. Berharap suatu saat bisa mengadaptasi karya mereka dalam sebuah
film. Amiin. Hehe.
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbuat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||