Minggu, 25 September 2022

Review Mencuri Raden Saleh

 

Dosen saya pernah berkata, Film yang bagus adalah film yang setelah ditonton akan terus terngiang di kepala kita. Dan itulah yang saya rasakan setelah menyaksikan karya terbaru dari Visinema Pictures, “Mencuri Raden Saleh”. Sepanjang perjalanan pulang dari bioskop otak saya tak bisa berhenti memikirkan adegan demi adegan yang telah saya tonton. Boleh dibilang film Mencuri Raden Saleh adalah film terbaik yang pernah saya tonton di bioskop. Durasi 2,5 jam tak terasa karena film ini benar-benar seru. Selama film di putar saya tak henti-hentinya ikut merasakan ketegangan seperti yang dirasakan Piko dan komplotan yang lain. Menyaksikan film ini rasanya seperti naik roller coaster yang tiada berujung. Dan berikut ini ulasan saya mengenai film ini.

Adegan diawali dengan menampilkan seorang mahasiswa seni rupa yang bernama Piko. Dia sedang meniru lukisan karya Widayat. Selanjutnya lukisan Piko tersebut dijual melalui perantara sahabatnya yang bernama Ucup. Lukisan palsu tersebut kemudian masuk dalam acara lelang dan laku terjual senilai 900 juta rupiah. Piko melakoni pekerjaan sampingan ini untuk membebaskan ayahnya yang dipenjara karena dijebak dalam kasus pembobolan bank. Hampir setiap minggu Piko selalu menjenguk ayahnya di penjara. Suatu hari saat sedang menjenguk ayahnya, ayahnya Piko yang bernama Pak Budiman memberitahu Piko jika dirinya bisa bebas asalkan mampu membayar 2 miliar untuk menyewa pengacara yang akan membuka kasus ini kembali. Piko pulang dengan muka kusut. Sesampainya di rumahnya dia bertemu dengan Ucup dan menceritakan pembicaraannya dengan ayahnya pada Ucup. Ucup juga membahas lukisan Widayat yang di palsukan oleh Piko beberapa waktu yang lalu yang ternyata terjual sebesar 900 juta namun Piko hanya mendapat bagian sekitar 50 juta. Ucup merencanakan akan menego ulang harga lukisan yang dijual pada Dini pada proyek berikutnya.

Singkat cerita Ucup dan Piko kembali bertemu Dini di Galeri Nasional. Dini menawarkan pekerjaan untuk membuat lukisan Raden Saleh yaitu penangkapan Pangeran Diponegoro. Piko langsung menolak keras tawaran Dini ini karena dia takut dipenjara. Menurut Piko proyek kali ini bukan lagi memalsukan lukisan namun membuat replica. Piko tidak sanggup dan menolak tawaran Dini. Baginya lukisan penangkaan Pangeran Diponegoro sangat jlimet dan penuh dengan simbol-simbol yang tak bisa dilakukan oleh Piko. Namun Ucup lalu membuat penawaran, jika Dini mampu membayar 2 miliar untuk proyek ini, Piko akan melakukan proyek ini. Dini setuju dan meminta Piko menyelesaikan proyek ini dalam waktu 1 bulan. Piko kembali menjelaskan pada Ucup bahwa lukisan penangkapan pangeran Diponegoro bukan hanya sekedar lukisan, namun juga memiliki kompleksitas warna yang ribet dan teknik yang tinggi, juga terdapat banyak sekali emosi dan simbol-simbol. Namun dengan keahliannya sebagai hacker Ucup berhasil membobol situs Galeri Nasional dan mendapatkan data-data restorasi terakhir mengenai lukisan Raden Saleh yaitu penangkapan Pangeran Diponegoro.

Piko dengan ditemani Ucup mulai mengerjakan proyek ini. Focus Piko pada proyek ini membuat hubungannya dengan Sarah renggang. Sarah mengetahui penyebab renggangnya hubungan mereka karena kedekatan Piko dan Ucup. Hal ini membuat Sarah tak pernah menyukai Ucup berteman dengan Piko. Puncaknya adalah saat Sarah memergoki Piko dan Ucup sedang berpelukan. Piko lalu menjelaskan semua yang terjadi pada Sarah. Sarah semakin sebal dengan Ucup karena Ucup lebih mengetahui banyak hal tentang Piko dibanding dirinya. Namun pada akhirnya Piko memberi tahu alasannya dan Sarah mengerti alasan Piko menyembunyikan hal ini darinya karena tak ingin membuatnya khawatir. Piko juga tak ingin mengganggu focus Sarah yang sedang mempersiakan diri untuk PON.

Setelah drama Sarah, Piko, Ucup selesai, ketiganya lalu mengantarkan lukisan itu pada Dini di tempat yang telah disepakati. Ternyata Dini tak datang sendiri ke tempat pertemuan melainkan mengajak beberapa orang. Piko menunjukkan hasil lukisannya dan Dini puas dengan hasilnya. Tanpa disangka oleh ketiganya, tiba-tiba Permadi, mantan presiden turun dari mobil dan melihat lukisan palsu milik Piko. Permadi memuji lukisan Piko lalu mengajukan penawaran padanya. Piko diminta mengambil lukisan tersebut di istana negara, jika berhasil dia akan dibayar 17 miliar. Piko menolak keras tawaran ini karena dia tidak mau mencuri, dia hanya ingin 2 miliar saja, namun Permadi mengancam Piko dengan menunjukkan video ayahnya Piko, Budiman yang sedang dihajar oleh anak buah Permadi, Permadi berkata ayahnya bisa menderita lebih dari itu bahkan sampai dihilangkan nyawanya jika Piko tak mau menuruti tawaran Permadi. Permadi memberikan uang 500 juta sebagai modal awal untuk mencari kru. Dan dari sinilah segala ketegangan dimulai. Untuk cerita lebih lengkapnya silahkan tonton filmnya di bioskop terdekat.

Di dunia ini tak ada hasil karya manusia yang 100% sempurna, pasti ada beberapa minus dan inilah beberapa hal yang menurut saya minus dari film ini. Pertama adalah adegan awal film ini terasa lambat dan sedikit membosankan. Namun setelah Piko, Ucup dan Dini bertemu di Galeri Nasional untuk misi menirukan lukisan Raden Saleh yaitu penangkapan Pangeran Diponegoro, alur cerita menjadi seru dan menyenangkan untuk diikuti. Lalu Fella yang bergabung dengan komploan pencurian lukisan ini entah mengapa menurut saya seperti terlalu cepat dan terburu-buru, harusnya ada satu adegan lagi hingga dia akhirnya bergabung. Saya tau dia tajir sejak lahir dan ikut misi ini hanya untuk petualangan, namun dia yang terlahir dari keluarga kaya seharusnya menimbang sedikit lama sebelum bergabung di misi ini, mengingat resikonya terlalu tinggi untuk dia bergabung yang bisa saja jika misi ini gagal dan dia ikut tertangkap akan mencoreng nama baik keluarganya. Ada plot twist yang bisa tertebak, mungkin memang disengaja bisa tertebak untuk membuktikan bahwa mereka memang masih amatir dalam melakukan misi ini. Satu lagi. Saat Piko melakukan pemanasan pada lukisan yang baru dia buat, dia terlambat beberapa detik untuk mematikan alat pemanasnya sehingga menimbulkan garis memanjang di lukisannya namun kemudian garis itu tiba-tiba hilang. Rasanya aneh aja gitu.

Tapi terlepas dari adanya hal minus pada film Mencuri Raden Saleh, film ini memiliki banyak kelebihan yang membuatnya pantas dijuluki sebagai salah satu film terbaik tahun ini, dan pantas juga mendapatkan penghargaan karena film ini berbeda dengan kebanyakan film Indonesia yang ada. Kemistri antar karakter sangat kuat di film ini dan porsi masing-masing karakter sangat pas. Tidak ada yang lebih unggul. Dan semua karakter di film ini dibawakan dengan sangat baik sehingga semua tokoh terlihat penting. Interaksi Iqbaal dan Aghniny sangat menggemaskan, apalagi saat dia cemburu karena Aghniny dekat dengan Rama. Hubungan persaudaraan Umay dan Ari juga terlihat meyakinkan. Celetukan keduanya juga sangat pas dan cocok sehingga sangat ngocol sekali. Akting Umay saat dia tegang sangat natural tanpa dibuat-buat. Kalau acting Rachel Amanda sih saya tidak perlu memberi komentar ya, sudah terlihat kelasnya. Angga Yunanda juga keren, keluar dari zona nyamannya. Secara keseluruhan saya memberi skor film ini 8,5/10. Semoga part keduanya segera rilis, nggak sabar banget.

Hari ini tepat satu bulan film ini dirilis, segera ke bioskop ya sebelum film ini turun layar. Maju terus perfilman Indonesia. Jaya jaya jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar