Minggu, 24 September 2017

Stars and Rabbit : Dari benci menjadi sayang





Tau stars and Rabbit? Duo indie asal jogja. Dengan personil yang bernama Elda Suryani atau Elda di Vokal dan Adi Widodo alias Adi di gitar.
Band indie ini sudah malang melintang lama di industri musik Indonesia terutama di kalangan freak indie. Kira-kira sejak tahun 2011 band ini terbentuk dan baru membuat video klipnya di tahun 2015. Ada beberapa judul lagu di album pertamanya. Album constellation. Yang paling terkenal mungkin Man Upon The Hill, Catch Me, I’ll Go Along dan Worth It, The House juga mungkin. Hehehe entahlah. Saya masih newbe dengan band ini. Baru sebulanan lalu benar-benar mengikuti lagunya dan baru 23 September ini menonton konsernya untuk pertama kalinya. Ya mau gimana lagi, awalnya saya memang tidak suka sama band ini. Bukan hanya tidak suka sih tapi juga cemburu. Cemburu sama mbak Elda hehehe.
Ceritanya begini. Doi suka banget sama band ini. Sejak lama malah. Jauh lebih lama sebelum kenal saya. Doi suka banget dengerin lagu Man Upon The Hill. Oke awalnya saya biasa aja. Itu masalah selera, lama-lama saya penasaran juga sama band ini, karena dia jarang banget bisa suka sama band sampai seperti ini, kecuali bandnya memang memiliki kualitas yang diatas rata-rata. Dan memang band ini memiliki kualitas diatas rata-rata. Selain jam terbangnya yang banyak, juga karena mereka sering tour luar negeri, kebayang nggak betapa hebatnya. Jarang sekali band Indonesia yang bisa tour keluar negeri, apalagi band belia sekelas stars and rabbit ini. Namun mereka membuktikan kelasnya dengan konser tournya ke beberapa Negara asia dan eropa.  Kebayang nggak betapa kerennya band ini. Band ini mungkin hanya diketahui segelintir orang di negeri sendiri namun lagu-lagunya sudah diketahui oleh banyak orang di Negara Negara di luar Negara asal band ini. Gila. Keren banget itu. Disaat orang di negaranya tidak tau tentang band mereka dan lagu-lagunya, mereka menciptakan prestasi dengan tour di Negara orang.
Kalau ditanya kenapa bisa cemburu sama Elda, jawabnya simple. Sesimple band ini yang akhirnya meracuni pikiran saya. Ya tau sendirilah Elda itu bagaimana. Dia seksi, tidak hanya badannya tetapi juga suaranya. Bagaimana dia mendesah di lagu Man Upon The Hill yang membuat laki-laki manapun yang mendengar pasti akan orgasme dalam hitungan menit. Khususnya bagi kaum adam yang rajin nonton blue film, kalau yang nggak pernah nonton nggak tau lagi gimana  reaksinya. Begitupun dengan si doi ini, dia bilang sendiri kalau dia sampai orgasme eh eargasme mendengar lagu Man Upon The Hill. Bagaimana saya tidak merasa cemburu? Kalau ada perempuan lain yang membuat dia lebih tertarik dan selalu di imajinasikan. Saya yakin dia membayangkan hal-hal itu.  Konyol ya. Bisa cemburu hanya karena hal sepele seperti ini. Tapi saya rasa kalau kamu jatuh cinta atau lagi sayang dengan seseorang hal seperti ini lumrah terjadi, apalagi jika perempuan itu memiliki standar diatasmu. Tapi saya yakin perasaannya terhadap mbak Elda ini hanya sebatas kagum fans terhadap idola. Ya kan?? Semoga iya biar saya tidak terus-terusan merasa konyol dengan mencemburui orang yang tidak saya kenal. Hahaha. Semenjak saat itu saya jadi tidak suka dengan band ini, namun saya masih mengingat lagu Man Upon The Hill sampai kapanpun. Dan saya memiliki video mereka di acara sound from the corner.
Lalu hal yang tak terduga terjadi pada saya. Lebih tepatnya saat saya sedang melakukan praktek ajar nyata di sebuah sekolah. Berawal dari saya yang ikut teman yang sedang mengajar. Waktu itu saya baru saja selesai mengajar di kelas saya, lalu saya bertemu dengan partner mengajar teman saya, lalu ikutlah saya ke kelasnya. Sebenarnya saya bisa saja langsung pulang setelah selesai mengajar, namun karena saya ingin melihat dia mengajar ya akhirnya saya nggak jadi pulang dan ikut ke kelasnya. Yang paling saya tidak suka adalah setiap kali saya ikut ke kelas teman saya ini selalu disuruh kenalan. Dan satu hal yang harus kalian tahu, teman saya ini mengajar di saat orang-orang harusnya tidur dan beristirahat, jam-jam yang harusnya dinikmati dengan tidur cantik, bukan malah belajar. Tapi it’s okay lah, jadwal dia memang seperti itu dan sudah resiko saya karena saya sendiri yang menginginkan untuk ikut di kelasnya, ya efeknya pada akhirnya saya hampir mati bosan melihat dia mengajar. Untunglah ada jeda jam istirahat sehingga saya bisa mengobral dan bercanda dengan dia. Lalu tiba-tiba partner teman saya mengajar ini memutar sebuah lagu dari youtube, saya lupa dia mutar lagu apa, namun tiba-tiba saya nyeletuk mutar silampukau aja, eh sama dia malah diputerin lagunya payung teduh. Dasar nggak fokus. Mungkin udah lapar kali ya atau kurang minum.wkwkkwkw. Lalu saya dan dia berbicara tentang music saya lupa awalnya membahas apa, yang jelas saya dan dia membahas band indie. Saya kira anak ini nggak ngerti apa-apa tentang music indie, soalnya kemarin pas awal-awal praktek ajar nyata di mutar lagu-lagu cinta yang radak alay, namun ternyata saya salah sangka, ternyata dia tahu, walaupun nggak sebanyak saya hehehe. Habis waktu saya tanya Humidumi nggak ngerti, stars and rabbit juga nggak ngerti. Ya… dari sini ini saya mulai mau dengerin stars and rabbit lagi. Nggak langsung sih cuma jarak beberapa hari aja.
Dia waktu itu saya tanya stars and rabbit kan nggak ngerti sih, lalu sepertinya dia searching tentang band ini, buktinya beberapa hari kemudian saya dipameri full album constellationnya stars and rabbit olehnya. Saya juga nggak mau kalah dong, saya pameri saja videonya waktu di sound from the corner. Dia excited menonton video itu, lalu dia nyeletuk saya suka lagu yang worth it. Benar dugaan saya, selain searching dia juga dengerin lagunya. Lalu saya menanggapinya dengan bilang, bagusan yang Man Upon The Hill dan I’ll Go Along. Dia akhirnya dengerin dua lagu rekomendasi saya ini dan masih bersikukuh bahwa Worth It tetap yang terbaik. Ya nggak papa sih itu masalah selera. Nggak tahu kenapa saya bisa bilang Man Upon The Hill dan I’ll Go Along bagus, padahal kemarin alasan saya membenci band ini karena lagu itu. Entahlah nggak ngerti juga. Mungkin di dalam kebencian saya, sebenarnya saya mengagumi bahwa lagu ini memang benar-benar bagus. Dan omong-omong semenjak hari itu saya jadi suka dengerin lagu Man Upon The Hill dan I’ll Go Along sepertinya saya memang mulai jatuh cinta dengan band ini, terlepas Elda membuat saya cemburu atau tidak. Itu memang sudah karateristiknya Elda dan cirri dari band ini, saya nggak bisa marah dong. Bukti sayang saya yang lain adalah dengan kenekatan saya menonton konser stars and rabbit dan payung teduh di Surabaya Town Square pada tanggal 23 September lalu, dan untuk pertama kalinya saya bisa melihat langsung orang yang saya cemburui dan membuat saya jatuh cinta dengan lagunya di kemudian hari. Weheee…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar