Selama hidup 22 tahun di bumi, aku memiliki beberapa orang teman atau biasanya dipanggil sahabat dekat. Sebenarnya ada beberapa sahabat dekat, namun aku memilih 4 orang ini, karena mereka mampu mempresentasikan siapa diriku. Langsung saja ya aku mulai ulasannya.
1. Suryaningsih
(Aning)
Dia adalah the best best
bestfriend. Ya memang persahabatn kami tidak sempurna, ribuan kali bertengkar,
tapi aku merasa dialah yang terbaik yang pernah aku punya. Dia adalah sahabat
dari aku benar-benar nggak ingat bagaimana awalnya kami bersahabat, kapan pertama
kali main bersama, pertama kali bertengkar karena apa, terus bisa baikan lagi
karena apa, sumpah aku tidak ingat semua itu.
Mungkin aku dan dia
bersahabat sejak aku….bayi kali ya? Sumpah nggak ingat dari kapan mulai
sahabatan. Pokoknya dia adalah sahabat kecil yang nggak pernah bisa tergantikan
oleh siapapun. Usia kami hanya terpaut jarak 1 bulan 14 hari. Rumah kami hanya
terpisah jarak satu rumah. Pokoknya sama dia deket banget. TK,SD,SMP barengan terus,
untung waktu SMA nggak, karena kita beda pilihan, kalau iya forever ever dong. Haha.
Walaupun sebenarnya waktu SMA aku pengen satu sekolah sama dia, tapi nggak
diijinin sama nyokap, ya udah deh. Meskipun nggak satu sekolah waktu SMA, tapi
kalau di rumah kami masih sering main bareng. Sampai akhirnya kami lulus SMA, kami mengejar
mimpi kami masing-masing. Untuk kedua kalinya kami dipisahkan oleh jarak yang
jauh. Yang pertama itu, kami pisah waktu aku ikut pindah ke rumah nenek waktu SD
kelas 1, karena ditinggal bapak sama ibuk kerja di luar negeri, sehingga aku
harus dititipkan sama nenek di daerah Tegal Jawa Tengah. Sedih sekali rasanya
berpisah sama dia, dia juga kaya kehilangan aku gitu, tapi waktu itu aku masih
kecil jadi tidak bisa melakukan apa-apa selain nurut.
Mungkin karena dia
sahabat pertama aku dan selalu main sama-sama, waktu aku di rumah nenek itu,
aku bener-bener kangen sama dia, kangen main sama dia, sampai-sampai aku sering
mimpi main bersamanya. Untunglah aku cuma setahun di rumah nenek, setelah itu
aku kembali ke rumah orang tua di Ponorogo. Akhirnya bisa bertemu lagi
dengannya. Pagi-pagi setelah salat subuh dia langsung datang ke rumahku. Aku
tiba dari Tegal pukul 1 dinihari. Ya layaknya anak kecil, kami langsung main
bersama gitu. Senang sekali rasanya bisa bertemu lagi dengan dia dan kembali
main bersama.
Kira-kira kelas 5 SD, kami
bikin geng bersama. Kecil-kecil udah kaya gini aja ya? Pakai bikin geng-geng an
segala. Ya gitu deh. Nggak tau juga. Pokoknya geng kami itu namanya The Pinky Girls. Untuk ukuran anak SD
nama yang dipakai keren banget ya? Haha. Jadi bersama ketiga teman perempuan
lainnya kami bikin ini geng. Nama-nama anggota geng kalau nggak salah juga pakai
nama warna juga. Seingatku namaku di geng itu dulu adalah Violet. Keren juga ya aku pilih namanya, Haha.
Jadi di geng ini kami
berlima tak hanya main bareng, tetapi juga belajar bareng, latihan dance bareng
sampai-sampai kami juga membuat buku tentang persahabatan kami berlima. Rasanya
udah kaya geng mading AADC tau nggak, Haha. Kadang juga kalau ada kakak kelas
yang ngebully kami, kami bakal lawan mereka, apalagi kalau ada adik kelas yang
sok-sok an, kami juga bakal kasih pelajaran mereka. Gila! kami kaya geng yang
di tivi-tivi nggak sih? Hahaha. Dan omong-omong, geng kami dulu terkenal sampai
satu sekolah, sampai adik-adik kelas 1 pun tahu geng ini. Pokoknya geng kami
popular waktu itu.
Karena waktu bikin geng
kami masih kelas 5 SD, tentunya kakak tingkat kami yang kelas 6 SD merasa
tersaingi dong ada geng adik kelas yang popular di sekolah, akhirnya mereka
bikin geng tandingan. Aku lupa apa namanya, tapi yang jelas anggotanya lebih
banyak dari The Pinky Girls yang
hanya beranggotakan 5 orang. Kepopuleran kami terus berlanjut hingga kami naik kelas
6 SD. Orang-orang yang nggak suka sama geng kami sering sekali membuly bahkan
mengolok-olok geng kami, tapi ya dasarnya kami over PD, di bully ataupun
diolok-olok malah nggak peduli.
Dan dengan sedihnya The Pinky Girls harus bubar di beberapa
bulan sebelum kami lulus SD. Penyebab bubarnya ada banyak. Mulai dari ada
anggota yang merasa di bully oleh anggota yang lain, terus ada anggota yang
diam-diam membuat geng di dalam geng, ada orang tua yang tidak setuju dengan
ini, dan juga makin banyaknya hater yang memojokkan geng kami. Akhirnya setelah
setahun lebih berdiri, The Pinky Girls resmi
bubar. Terpecah menjadi dua kelompok. 2
orang anggota membentuk kelompok baru bernama The sweety Girls. Dan 3 yang tersisa, ada Aning, Ambar dan aku membentuk
geng baru bernama 3A. 3A ini terdiri dari aku, Aning, Ambar yang ketiganya
berinisial huruf A. Akhirnya kami bertiga memiliki project sendiri. Bukan hanya
dance tapi juga kegiatan lain yang menyenangkan, seperti bersepeda, les bareng
dan kegiatan lain yang seru. Namun seperti The
Pinky Girls, 3A juga akhirnya bubar karena kami lulus SD dan masuk SMP.
Awal masuk SMP kami masih sering bersama-sama, tapi karena kami beda kelas
akhirnya bubar juga. Yang tersisa tinggal aku sama Aning. Kembali lagi kami
berdua, karena kami memang sekelas waktu itu.
Di SMP aku dan aning
masih bersahabat seperti dulu, sering berangkat dan pulang sekolah bareng. Hal itu terus berlanjut sampai kami lulus SMP. Karena
kami beda SMA, hubungan kami nggak sedekat waktu SMP, tapi ya kami masih main
bersama jika ada waktu. Aku bahkan rela dua kali dibilang cewek aneh dan ikut
campur urusan orang lain karena untuk membela dia yang dikecewakan pacarnya.
Aku juga menjadi tempat curhat pacarnya ketika ada masalah dengan Aning. Dan
begitulah persahabatan kami, hingga tak tersa waktu cepat berlalu. Kami lulus
SMA dan mengejar impian masing-masing. Kira-kira 3 tahun kami berpisah, dan
kembali lagi bertemu saat dia nikah. Namun karena dia udah nikah tentu
persahabatan kami tak sama lagi bukan? Sekarang dia sedang sibuk mengurus anak
pertamanya yang omong-omong nama anaknya bikin aku pengen jedotin kepala ke
tembok, alsannya kenapa? Nggak perlu ada yang tau.
Meskipun semua berbeda,
tapi aku tetap menganggapnya sebagai sahabat yang sangat-sangat special dalam
hidupku. Mungkin usia persahabatan kami setara dengan usia kami. Aku berharap
dia juga menganggap aku satu-satunya sahabat yang special dalam hidupnya,
meskipun banyak sekali orang baru dalam hidup kami yang mengisi tempat sebagai
sahabat itu. Dia tetap sahabat terbaik dan terawet sepanjang masa.
2.
Qomariyah
Nurjanah
Qomariyah ini adalah
sahabatku dari SMP. Tepatnya kelas 2 SMP. Dia salah satu sahabat yang memiliki
hobby sama denganku, menulis cerpen dan novel. Sebenarnya aku tidak menyangka
bakal bersahabat dengannya, mengingat dulu waktu kelas 1 kamu tak terlalu
dekat. Dia dekat sama teman sebangkunya yang dulu merupakan teman SD nya. Aku
juga nggak ingat bagaimana bisa bersahabat sama dia, mengingat aku selalu
bersaing dengannya untuk menjadi ranking favorit. Tapi ya
ternyata kami menjadi dekat dan sering kemana-mana bareng, belajar bareng, ke
kantin bareng, ke perpus bareng dan hal lainnya. Ya meskipun kami bersaing
menjadi ranking favorit, tapi persaingan kami tetap sportif.
Aku ingat sekali, dia
adalah orang kedua yang menjadi pembaca karya pertamaku. Jadi memang aku mulai
menyukai dunia kepenulisan sastra sejak SMP kelas 2. Waktu itu kami sering
bertukar karya. Aku baca cerpen dia, dia baca cerpenku dan kami akan saling
memberikan komentar yang membangun untuk satu sama lain. Pokoknya gara-gara
sering bertukar karya itu, kami menjadi semakin akrab. Untungnya pas kelas 3
SMP kami sekelas, jadi ya makin erat aja persahabatan kami. Di kelas 3 SMP ini
kami duduk sebangku. Karena duduk sebangku itu, kami sering bertukar pikiran
atau masalah, jadi membuat kami makin akrab. Namun seperti yang lainnya, kami
lagi-lagi harus berpisah karena beda SMA. Meskipun berpisah, kami masih saling
berhubungan satu sama lain sampai sekarang. Kadang juga masih sering bertukar
karya. Sepertinya kemampuan dia menulis lebih matang jika dibandingkan
kemampuanku, tapi dengan begitu komentarnya dia juga makin membuatku belajar
lebih banyak. Dari dia aku belajar untuk terus belajar dan berkarya. Makasih ya
Qom untuk persahabatan dan karya yang telah kamu bagi sama aku selama ini.
Kangen kumpul lagi sama geng Malang, Dewi,Siti,Lina,Enes, yang menginspirasiku
untuk menulisnya dalam sebuah judul Love in Malang.
3.
Etris
Mabruroh
Kalau sama Etris mah
udah bukan sahabat lagi, tapi udah kaya saudara perempuan, kakak-adik.
Teman-teman sekelas bilang kami kembar, alias upin ipin. Kami kemana-mana
selalu bersama. Bahkan ke toilet pun juga bersama. Haha. Jadi aku sama Etris
itu sudah berteman sejak daftar ulang kuliah dulu. Waktu itu Etris yang polos
tiba-tiba pinjam handphone ku untuk menghubungi orang tuanya. Kaget dong aku,
belum kenal udah pinjam handphone, namun ya akhirnya aku ijinin juga. Etris itu
dulu polos dan imut banget. Sampai sekarang masih sih, tapi nggak sepolos dulu,
imunya juga. Kata ibu kosku polosan Etris dari aku, hahaha. Yaiyalah. Aku kan
anaknya suka nggak bisa diem.
Dan seperti ditakdirkan
untuk menjadi sahabat terbaikku, Etris ini waktu ospek juga sekelompok sama
aku, sehingga kami selalu mengerjakan tugas ospek bersama-sama hingga larut
malam di kosku. Setelah menjadi kelompok ospek, Etris ini kembali menjadi teman
sekelas, bahkan Nomor Induk mahasiswa
kami juga berurutan. Beneran udah ditakdirkan untuk sahabatan kan?
Di kelas kami sangat
dekat, maka dari itu dipanggil Upin & Ipin, kadang juga dipanggil anak
kembar. Karena sudah dekat, waktu dibagi untuk mengerjakan tugas kelompok kita
bakal dalam kelompok yang sama, pun dengan mengerjakan tugas individu, kami
selalu bersama. Sepulang kuliah kadang juga sering mampir ke kos, entah dia ke kosku
atau aku ke kos dia. Setiap ada masalah kami saling berbagi satu sama lain.
Intinya kami saling menguatkan kalau ada masalah. Seringnya aku yang punya
masalah, dan dia akan menjadi buku diary sekaligus penyemangatku. Berkat dia
juga aku kuat menjalani kehidupan anak kampus yang berat.
Selain kenal dekat sama
dia, aku juga kenal dekat dengan orang tua dan saudaranya. Bahkan keluarganya
menganggap aku bagian dari keluarga itu. Bersama dia aku pernah melakukan
hal-hal konyol, seperti bersepeda untuk mencari kerjaan di waktu liburan
semester kuliah, jalan berkilo-kilo meter ke sebuah perumahan dan hal konyol
lainnya. Kami juga sempet ngerencanain liburan berdua sebelum lulus, tapi
akhirnya gagal dan hanya jalan-jalan ke Mojokerto.
Bahkan aku juga pernah
menginap di rumahnya selama beberapa bulan waktu ada Praktek mengajar di
sekolah dan waktu magang kerja. Saking lamanya menginap disana, tetangga
rumahnya sampai hafal sama aku. Duh ini mah lebih parah lagi, hahaha. Aku juga
pernah diajak buliknya Etris jalan-jalan ke Pantai Kenjeran, bahkan di traktir
makan juga, benar-benar dianggap bagian dari keluarga itu ya?
Dan begitulah kami
bersahabat selama kuliah. Saling menguatkan dan menyemangati satu sama lain kalau
ada salah satu dari kami mulai mengeluh akan tugas kuliah yang seabrek itu, dan
juga akan saling mengingatkan akan tujuan kami di Surabaya untuk apa saat kami
bermalas-malasan.
Puncak tertinggi dari
persahabatan kami adalah saat kami bisa wisuda bareng dengan IPK sama. Wkwk
keren banget nggak sih persahabatan kami? Ya meskipun banyak ups & down nya,
tapi kami masih menjadi sahabat baik kok hingga kini.
4.
Mita
Sebenarnya sama dia
nggak tau ya bisa dibilang bersahabat atau enggak? Kami sih nggak terlalu dekat
ya, cuma beberpa kali pernah jalan bareng. Terus kenapa kalau gitu menganggap
dia sahabat? Karena Mita ini satu-satunya teman perempuan yang memiliki selera
musik sama seperti aku. Dia satu-satunya perempuan yang aku ajak nonton konser
musik, dan nggak mengeluh sama sekali dan justru menikmati. Dia juga nggak nolak waktu aku ajak
ke C20 library dan hunting buku di Jalan Semarang waktu lagi panas-panasnya.
Pokoknya aku jadi terkesan karena sikap Mita ke aku ini. Semenjak saat itu aku
menganggapnya sebagai salah satu sahabatku. Kalau dia tidak menganggapku
sebagai sahabatnya, aku juga nggak peduli. Tapi Mita tau kalau aku respek sama
dia. Berkat Mita aku jadi bisa lihat konser musik band yang aku sukai dan ke
perpustakaan yang aku incar sejak lama sebanyak dua kali. Pokoknya Mita ini
kaya ibu peri yang wujudin keinginan terpendamku. Dia juga mau menampung aku di
kosnya waktu aku sudah tidak ngekos, tapi nggak jadi sih waktu itu, aku ke kos temanku
yang lain.
Bareng Mita aku bisa
sharing lagu-lagu keren, band-band bagus dan hal lain yang seru-seru. Terima
kasih banyak kuucapkan untuk Mita yang membuat masa terakhirku kuliah jadi
makin terkesan. Mit lain kali nonton
konser bareng lagi yuk? Aku juga kangen ke C20 walaupun cuma baca zine dan
foto-foto.
Dan begitulah
orang-orang yang aku anggap sebagai sahabat yang berarti lebih dari yang lain,
yang memberi kesan dan warna lebih banyak dihidupku. Kuhaturkan banyak terima
kasih pada mereka yang dengan caranya sendiri-sendiri mampu membuatku menjadi
sahabatnya yang special. Meskipun kami sekarang sudah nggak bisa melakukan
hal-hal keren seperti dulu karena terpisah jarak, juga berbeda keadaan, tapi
percayalah kalian tetap menjadi yang terbaik buatku. <3. I love you all.
Don’t forget me. Peluk satu-satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar