Sabtu, 05 Januari 2019

4 Sahabat yang menemaniku sepanjang usia 22 tahun dan mempresentasikan siapa diriku




Selama hidup 22 tahun di bumi, aku memiliki beberapa orang teman atau biasanya dipanggil sahabat dekat. Sebenarnya ada beberapa sahabat dekat, namun aku memilih 4 orang ini, karena mereka mampu mempresentasikan siapa diriku. Langsung saja ya aku mulai ulasannya.

1. Suryaningsih (Aning)











Dia adalah the best best bestfriend. Ya memang persahabatn kami tidak sempurna, ribuan kali bertengkar, tapi aku merasa dialah yang terbaik yang pernah aku punya. Dia adalah sahabat dari aku benar-benar nggak ingat bagaimana awalnya kami bersahabat, kapan pertama kali main bersama, pertama kali bertengkar karena apa, terus bisa baikan lagi karena apa, sumpah aku tidak ingat semua itu.

Mungkin aku dan dia bersahabat sejak aku….bayi kali ya? Sumpah nggak ingat dari kapan mulai sahabatan. Pokoknya dia adalah sahabat kecil yang nggak pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Usia kami hanya terpaut jarak 1 bulan 14 hari. Rumah kami hanya terpisah jarak satu rumah. Pokoknya sama dia deket banget. TK,SD,SMP barengan terus, untung waktu SMA nggak, karena kita beda pilihan, kalau iya forever ever dong. Haha. Walaupun sebenarnya waktu SMA aku pengen satu sekolah sama dia, tapi nggak diijinin sama nyokap, ya udah deh. Meskipun nggak satu sekolah waktu SMA, tapi kalau di rumah kami masih sering main bareng. Sampai akhirnya kami lulus SMA, kami mengejar mimpi kami masing-masing. Untuk kedua kalinya kami dipisahkan oleh jarak yang jauh. Yang pertama itu, kami pisah waktu aku ikut pindah ke rumah nenek waktu SD kelas 1, karena ditinggal bapak sama ibuk kerja di luar negeri, sehingga aku harus dititipkan sama nenek di daerah Tegal Jawa Tengah. Sedih sekali rasanya berpisah sama dia, dia juga kaya kehilangan aku gitu, tapi waktu itu aku masih kecil jadi tidak bisa melakukan apa-apa selain nurut.

Mungkin karena dia sahabat pertama aku dan selalu main sama-sama, waktu aku di rumah nenek itu, aku bener-bener kangen sama dia, kangen main sama dia, sampai-sampai aku sering mimpi main bersamanya. Untunglah aku cuma setahun di rumah nenek, setelah itu aku kembali ke rumah orang tua di Ponorogo. Akhirnya bisa bertemu lagi dengannya. Pagi-pagi setelah salat subuh dia langsung datang ke rumahku. Aku tiba dari Tegal pukul 1 dinihari. Ya layaknya anak kecil, kami langsung main bersama gitu. Senang sekali rasanya bisa bertemu lagi dengan dia dan kembali main bersama.

Kira-kira kelas 5 SD, kami bikin geng bersama. Kecil-kecil udah kaya gini aja ya? Pakai bikin geng-geng an segala. Ya gitu deh. Nggak tau juga. Pokoknya geng kami itu namanya The Pinky Girls. Untuk ukuran anak SD nama yang dipakai keren banget ya? Haha. Jadi bersama ketiga teman perempuan lainnya kami bikin ini geng. Nama-nama anggota geng kalau nggak salah juga pakai nama warna juga. Seingatku namaku di geng itu dulu adalah Violet. Keren juga ya aku pilih namanya, Haha.

Jadi di geng ini kami berlima tak hanya main bareng, tetapi juga belajar bareng, latihan dance bareng sampai-sampai kami juga membuat buku tentang persahabatan kami berlima. Rasanya udah kaya geng mading AADC tau nggak, Haha. Kadang juga kalau ada kakak kelas yang ngebully kami, kami bakal lawan mereka, apalagi kalau ada adik kelas yang sok-sok an, kami juga bakal kasih pelajaran mereka. Gila! kami kaya geng yang di tivi-tivi nggak sih? Hahaha. Dan omong-omong, geng kami dulu terkenal sampai satu sekolah, sampai adik-adik kelas 1 pun tahu geng ini. Pokoknya geng kami popular waktu itu.

Karena waktu bikin geng kami masih kelas 5 SD, tentunya kakak tingkat kami yang kelas 6 SD merasa tersaingi dong ada geng adik kelas yang popular di sekolah, akhirnya mereka bikin geng tandingan. Aku lupa apa namanya, tapi yang jelas anggotanya lebih banyak dari The Pinky Girls yang hanya beranggotakan 5 orang. Kepopuleran kami terus berlanjut hingga kami naik kelas 6 SD. Orang-orang yang nggak suka sama geng kami sering sekali membuly bahkan mengolok-olok geng kami, tapi ya dasarnya kami over PD, di bully ataupun diolok-olok malah nggak peduli.
Dan dengan sedihnya The Pinky Girls harus bubar di beberapa bulan sebelum kami lulus SD. Penyebab bubarnya ada banyak. Mulai dari ada anggota yang merasa di bully oleh anggota yang lain, terus ada anggota yang diam-diam membuat geng di dalam geng, ada orang tua yang tidak setuju dengan ini, dan juga makin banyaknya hater yang memojokkan geng kami. Akhirnya setelah setahun lebih berdiri, The Pinky Girls resmi bubar.  Terpecah menjadi dua kelompok. 2 orang anggota membentuk kelompok baru bernama The sweety Girls. Dan 3 yang tersisa, ada Aning, Ambar dan aku membentuk geng baru bernama 3A. 3A ini terdiri dari aku, Aning, Ambar yang ketiganya berinisial huruf A. Akhirnya kami bertiga memiliki project sendiri. Bukan hanya dance tapi juga kegiatan lain yang menyenangkan, seperti bersepeda, les bareng dan kegiatan lain yang seru. Namun seperti The Pinky Girls, 3A juga akhirnya bubar karena kami lulus SD dan masuk SMP. Awal masuk SMP kami masih sering bersama-sama, tapi karena kami beda kelas akhirnya bubar juga. Yang tersisa tinggal aku sama Aning. Kembali lagi kami berdua, karena kami memang sekelas waktu itu.
Di SMP aku dan aning masih bersahabat seperti dulu, sering berangkat dan pulang sekolah bareng.  Hal itu terus berlanjut sampai kami lulus SMP.  Karena kami beda SMA, hubungan kami nggak sedekat waktu SMP, tapi ya kami masih main bersama jika ada waktu. Aku bahkan rela dua kali dibilang cewek aneh dan ikut campur urusan orang lain karena untuk membela dia yang dikecewakan pacarnya. Aku juga menjadi tempat curhat pacarnya ketika ada masalah dengan Aning. Dan begitulah persahabatan kami, hingga tak tersa waktu cepat berlalu. Kami lulus SMA dan mengejar impian masing-masing. Kira-kira 3 tahun kami berpisah, dan kembali lagi bertemu saat dia nikah. Namun karena dia udah nikah tentu persahabatan kami tak sama lagi bukan? Sekarang dia sedang sibuk mengurus anak pertamanya yang omong-omong nama anaknya bikin aku pengen jedotin kepala ke tembok, alsannya kenapa? Nggak perlu ada yang tau.
Meskipun semua berbeda, tapi aku tetap menganggapnya sebagai sahabat yang sangat-sangat special dalam hidupku. Mungkin usia persahabatan kami setara dengan usia kami. Aku berharap dia juga menganggap aku satu-satunya sahabat yang special dalam hidupnya, meskipun banyak sekali orang baru dalam hidup kami yang mengisi tempat sebagai sahabat itu. Dia tetap sahabat terbaik dan terawet sepanjang masa.

2.      Qomariyah Nurjanah





Qomariyah ini adalah sahabatku dari SMP. Tepatnya kelas 2 SMP. Dia salah satu sahabat yang memiliki hobby sama denganku, menulis cerpen dan novel. Sebenarnya aku tidak menyangka bakal bersahabat dengannya, mengingat dulu waktu kelas 1 kamu tak terlalu dekat. Dia dekat sama teman sebangkunya yang dulu merupakan teman SD nya. Aku juga nggak ingat bagaimana bisa bersahabat sama dia, mengingat aku selalu bersaing dengannya untuk menjadi ranking favorit. Tapi ya ternyata kami menjadi dekat dan sering kemana-mana bareng, belajar bareng, ke kantin bareng, ke perpus bareng dan hal lainnya. Ya meskipun kami bersaing menjadi ranking favorit, tapi persaingan kami tetap sportif.
Aku ingat sekali, dia adalah orang kedua yang menjadi pembaca karya pertamaku. Jadi memang aku mulai menyukai dunia kepenulisan sastra sejak SMP kelas 2. Waktu itu kami sering bertukar karya. Aku baca cerpen dia, dia baca cerpenku dan kami akan saling memberikan komentar yang membangun untuk satu sama lain. Pokoknya gara-gara sering bertukar karya itu, kami menjadi semakin akrab. Untungnya pas kelas 3 SMP kami sekelas, jadi ya makin erat aja persahabatan kami. Di kelas 3 SMP ini kami duduk sebangku. Karena duduk sebangku itu, kami sering bertukar pikiran atau masalah, jadi membuat kami makin akrab. Namun seperti yang lainnya, kami lagi-lagi harus berpisah karena beda SMA. Meskipun berpisah, kami masih saling berhubungan satu sama lain sampai sekarang. Kadang juga masih sering bertukar karya. Sepertinya kemampuan dia menulis lebih matang jika dibandingkan kemampuanku, tapi dengan begitu komentarnya dia juga makin membuatku belajar lebih banyak. Dari dia aku belajar untuk terus belajar dan berkarya. Makasih ya Qom untuk persahabatan dan karya yang telah kamu bagi sama aku selama ini. Kangen kumpul lagi sama geng Malang, Dewi,Siti,Lina,Enes, yang menginspirasiku untuk menulisnya dalam sebuah judul Love in Malang.

3.      Etris Mabruroh











Kalau sama Etris mah udah bukan sahabat lagi, tapi udah kaya saudara perempuan, kakak-adik. Teman-teman sekelas bilang kami kembar, alias upin ipin. Kami kemana-mana selalu bersama. Bahkan ke toilet pun juga bersama. Haha. Jadi aku sama Etris itu sudah berteman sejak daftar ulang kuliah dulu. Waktu itu Etris yang polos tiba-tiba pinjam handphone ku untuk menghubungi orang tuanya. Kaget dong aku, belum kenal udah pinjam handphone, namun ya akhirnya aku ijinin juga. Etris itu dulu polos dan imut banget. Sampai sekarang masih sih, tapi nggak sepolos dulu, imunya juga. Kata ibu kosku polosan Etris dari aku, hahaha. Yaiyalah. Aku kan anaknya suka nggak bisa diem.

Dan seperti ditakdirkan untuk menjadi sahabat terbaikku, Etris ini waktu ospek juga sekelompok sama aku, sehingga kami selalu mengerjakan tugas ospek bersama-sama hingga larut malam di kosku. Setelah menjadi kelompok ospek, Etris ini kembali menjadi teman sekelas, bahkan Nomor Induk mahasiswa  kami juga berurutan. Beneran udah ditakdirkan untuk sahabatan kan?

Di kelas kami sangat dekat, maka dari itu dipanggil Upin & Ipin, kadang juga dipanggil anak kembar. Karena sudah dekat, waktu dibagi untuk mengerjakan tugas kelompok kita bakal dalam kelompok yang sama, pun dengan mengerjakan tugas individu, kami selalu bersama. Sepulang kuliah kadang juga sering mampir ke kos, entah dia ke kosku atau aku ke kos dia. Setiap ada masalah kami saling berbagi satu sama lain. Intinya kami saling menguatkan kalau ada masalah. Seringnya aku yang punya masalah, dan dia akan menjadi buku diary sekaligus penyemangatku. Berkat dia juga aku kuat menjalani kehidupan anak kampus yang berat.

Selain kenal dekat sama dia, aku juga kenal dekat dengan orang tua dan saudaranya. Bahkan keluarganya menganggap aku bagian dari keluarga itu. Bersama dia aku pernah melakukan hal-hal konyol, seperti bersepeda untuk mencari kerjaan di waktu liburan semester kuliah, jalan berkilo-kilo meter ke sebuah perumahan dan hal konyol lainnya. Kami juga sempet ngerencanain liburan berdua sebelum lulus, tapi akhirnya gagal dan hanya jalan-jalan ke Mojokerto.

Bahkan aku juga pernah menginap di rumahnya selama beberapa bulan waktu ada Praktek mengajar di sekolah dan waktu magang kerja. Saking lamanya menginap disana, tetangga rumahnya sampai hafal sama aku. Duh ini mah lebih parah lagi, hahaha. Aku juga pernah diajak buliknya Etris jalan-jalan ke Pantai Kenjeran, bahkan di traktir makan juga, benar-benar dianggap bagian dari keluarga itu ya?

Dan begitulah kami bersahabat selama kuliah. Saling menguatkan dan menyemangati satu sama lain kalau ada salah satu dari kami mulai mengeluh akan tugas kuliah yang seabrek itu, dan juga akan saling mengingatkan akan tujuan kami di Surabaya untuk apa saat kami bermalas-malasan.

Puncak tertinggi dari persahabatan kami adalah saat kami bisa wisuda bareng dengan IPK sama. Wkwk keren banget nggak sih persahabatan kami? Ya meskipun banyak ups & down nya, tapi kami masih menjadi sahabat baik kok hingga kini.

4.      Mita











Sebenarnya sama dia nggak tau ya bisa dibilang bersahabat atau enggak? Kami sih nggak terlalu dekat ya, cuma beberpa kali pernah jalan bareng. Terus kenapa kalau gitu menganggap dia sahabat? Karena Mita ini satu-satunya teman perempuan yang memiliki selera musik sama seperti aku. Dia satu-satunya perempuan yang aku ajak nonton konser musik, dan nggak mengeluh sama sekali dan  justru menikmati. Dia juga nggak nolak waktu aku ajak ke C20 library dan hunting buku di Jalan Semarang waktu lagi panas-panasnya. Pokoknya aku jadi terkesan karena sikap Mita ke aku ini. Semenjak saat itu aku menganggapnya sebagai salah satu sahabatku. Kalau dia tidak menganggapku sebagai sahabatnya, aku juga nggak peduli. Tapi Mita tau kalau aku respek sama dia. Berkat Mita aku jadi bisa lihat konser musik band yang aku sukai dan ke perpustakaan yang aku incar sejak lama sebanyak dua kali. Pokoknya Mita ini kaya ibu peri yang wujudin keinginan terpendamku. Dia juga mau menampung aku di kosnya waktu aku sudah tidak ngekos, tapi nggak jadi sih waktu itu, aku ke kos temanku yang lain.
Bareng Mita aku bisa sharing lagu-lagu keren, band-band bagus dan hal lain yang seru-seru. Terima kasih banyak kuucapkan untuk Mita yang membuat masa terakhirku kuliah jadi makin terkesan. Mit lain kali nonton konser bareng lagi yuk? Aku juga kangen ke C20 walaupun cuma baca zine dan foto-foto.

Dan begitulah orang-orang yang aku anggap sebagai sahabat yang berarti lebih dari yang lain, yang memberi kesan dan warna lebih banyak dihidupku. Kuhaturkan banyak terima kasih pada mereka yang dengan caranya sendiri-sendiri mampu membuatku menjadi sahabatnya yang special. Meskipun kami sekarang sudah nggak bisa melakukan hal-hal keren seperti dulu karena terpisah jarak, juga berbeda keadaan, tapi percayalah kalian tetap menjadi yang terbaik buatku. <3. I love you all. Don’t forget me. Peluk satu-satu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar