Selasa, 28 Mei 2019

Rinduku pada………



Awalnya kepengen memberi judul rindu serindu rindunya tapi kok dangdut banget ya? Ya udah akhirnya dikasih judul seperti itu aja, biar nggak dangdut dan alay.

Akhir-akhir ini sering sekali merasakan perasaan melankolis, baper gimana gitu akan kenangan pada masa lalu, yang meskipun nggak indah banget tapi berkesan. Saking berkesannya sampai kepengen mengulang lagi masa-masa itu, tapi jelas saja tidak mungkin. Masa lalu hanya bisa dikenang, bukan diulang.
Adapun yang aku rindukan itu adalah:
1.      Keliling kota Surabaya pada malam hari.
Keliling Surabaya, apalagi pada malam hari adalah favorit. Surabaya yang macet dan panas pada siang dan sore hari tentu bukan pilihan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan keliling Surabaya. Pilihan yang tepat adalah malam hari. Selepas salat isya. Mengingat jam segitu macet Surabaya sudah berkurang, dan udara tidak panas lagi, meskipun bau asap kendaraan tetap sama saja baik siang ataupun malam hari. Tapi pada malam hari kecuali malam minggu kita bisa lebih menghemat waktu di jalanan yang biasanya membuat orang-orang menjadi sinting dan pemarah. Alhasil kita bisa benar-benar mencapai tujuan dari jalan-jalan.
Selain alasan macet dan panas, pemandangan Surabaya pada malam hari juga lebih indah untuk dinikmati dibanding siang hari, kecuali yang di daerah angker seperti rumah Darmo tentu bukan pilihan yang bagus untuk dilewati pada malam hari. Bisa-bisa pemandangan seperti di film horror yang kita dapatkan. Beberapa tahun di Surabaya aku belum pernah melewati atau melihat langsung rumah hantu Darmo yang legendaris itu, seringnya sih lihat perumahan bukit darmo golf, dari arah jalan masuk tapi. Ya kali boleh masuk, penjagaan aja ketat.
Surabaya menawarkan banyak keindahan bagi mereka yang ingin menikmatinya. Tapi aku pribadi lebih suka menikmatinya pada malam hari, apalagi bareng orang yang special, sambil berkeliling Surabaya, sambil asyik bersendau gurau. Asyeek. Dilan Milea sekali pemirsa haha. #KorbanFilm.
 
2.      Nongkrong di Kober Mi Setan atau Pizza Hut.
Pertama kali tau kedai Mi setan itu dari Path milik teman yang memang penduduk asli Surabaya. Penasaran juga sebenarnya seperti apa sih mi setan itu? Apa cuma mi biasa yang dimasak pedas penuh cabe atau ada inovasi apa gitu. Beruntungnya setelah melalui masa penasaran, pada penghujung Desember yang sering mendung, aku diajak oleh temanku ke situ. Ternyata rame pisan euy tempatnya. Harus ngantri panjang dan rebutan tempat duduk. Segitu legendarisnya ya sampai penuh-penuh?
Setelah mengantri panjang aku bisa menikmati seporsi Mi setan dan segelas es tuyul. Kalau dilihat-lihat nama makanan dan minumannya horror-horor. Dari mulai setan, tuyul, genderuwo, kuntilanak dan apa lagi lupa. Karena masih newbie aku pesannya mi level 1. Sumpah itu aja udah pedes banget sampai meneteskan air mata segala. Haha drama banget sih. Pulang dari Kober mi setan berubah jadi ingusan, bibir jontor dan mata merah, tapi semua itu terbayar dengan Mi nya yang Hot banget dan mantab jiwa.

Untuk merayakan gajian pertama temanku menjadi musisi beneran yang punya jadwal manggung, aku dan beberapa teman yang lain diajak nongkrong di Pizza Hut. Disitu kami ditraktir sepuasnya, sampai perut kenyang. Dengan gaya yang ala-ala sosialita kami menikmati beberapa Loyang pizza yang dipesankannya. Sepulang dari Pizza Hut, semua puas semua senang. Bahkan untuk kunjungan berikutnya.

3.      Hunting buku di Jalan semarang atau Pasar Blauran sekaligus hunting jajanan tradisional.
Buku apalagi yang jenis novel adalah hal yang sangat menarik perhatian ketimbang sepatu atau pernak-pernik wanita yang lain, itu menurut pendapat pribadiku. Aku sendiri lebih rela uang habis buat beli buku dibanding untuk beli aksesoris wanita, apalagi buku yang aku incar sejak lama. Kemarin rela bolak-balik lebih dari dua kali ke Jalan semarang dan juga ke Pasar Blauran hanya untuk mencari novel Mira W yang sudah aku incar sejak SMP. Setelah drama pencarian yang memakan waktu yang lama, di salah satu pedagang aku bisa menemukan novel Mira W tersebut, meskipun beberapa diantaranya masih belum ketemu karena masuk jajaran buku langka dan sudah tidak terbit. Sempat pengen nyoba hunting ke toko buku bekas yang ada di kota Malang, tapi takut kalau sendirian. Akhirnya semua hanya wacana.  Mudah-mudahan semua serinya bisa lengkap jadi ceritanya bisa utuh. Kalau novelnya lengkap kan ceritanya bisa utuh. Kaya aku dan kamu kalau saling menemukan dan hidup bersama, pasti akan utuh. Wkwk, mulai deh halusinasinya.

4.      Ngadem di C2O Library.
Perpustakaan yang berada di Jalan Dr. Cipto ini lebih dari sekedar perpustakaan. Tempatnya yang nyaman dan sejuk membuat pengunjung serasa membaca di rumah sendiri. Bayangkan di Surabaya yang panasnya nggak ketulungan itu, kita bisa menemukan tempat yang seperti ini, rasanya langka banget. Berasa menemukan surga dunia. Oasis ditengah gersangnya gurun pasir.
Berbeda dengan perpustakaan pada umumnya, mayoritas pengunjung C2O ini adalah kawula muda pecinta buku alias geek book. Atau mungkin hipster dan pecinta music. Nyatanya selain perpustakaan yang menyediakan koleksi yang lumayan lengkap, Band Indie Surabaya Silampukau juga pernah beberapa kali tampil disitu. Selain itu di tembok sebelah barat (kalau aku tidak salah arah, mudah-mudahan tidak) aku pernah membaca beberapa event berikut waktunya yang diadakan di C2O ini.
Selain sebagai tempat penyelenggaraan beberapa even, saat kita berkunjung ke C2O ini dan merasa kehausan atau kelaparan, kita juga dapat membeli beberapa makanan dan minuman. Tidak ada larangan membawa makanan dan minuman disini. Semua bebas. Sebebas saat kita membaca di rumah sendiri.
Kita juga bisa membeli ataupun menukar buku di tempat ini. Kemarin aku malahan menemukan dua novel karya Eddy D Iskandar, setelah bolak-balik Jalan Semarang dengan hasil nihil, di C2O malah bertemu tanpa sengaja. Dengan demikian C20 lebih dari sekedar perpustakaan, namun oasis ditengah gersangnya Surabaya.

5.      Ngisi perut di Bakso Pak Men
Bakso Pak Men adalah bakso yang terenak yang ada di kelurahan Lidah Wetan Surabaya menurut pendapat aku. Dengan membawa uang 10 rb kita bisa pulang dengan perut kenyang dan hati riang. Bakso pak men adalah pilihan terbaik untuk tanggal tua ataupun tanggal muda. Baksonya yang enak dan harga yang terjangkau membuat tempat ini ramai oleh pelanggan pada jam makan siang, atau pada menjelang magrib saat puasa ramadhan. Selain bakso ada pilihan menu yang lain, yaitu soto. Tapi aku pribadi lebih tergila-gila dengan baksonya, bakso malang. Buat penggemar bakso, apalagi yang ada di Surabaya barat, bakso Pak Men adalah rekomendasi.  

6.      Wifian sampai mata sepet di Pendopo FIP
Problem mahasiswa selain banyak tugas, kiriman uang molor juga kehabisan kuota atau ingin menikmati Wifi gratis. Problem terakhir itu bisa diatasi dengan bermeditasi atau bertapa di pendopo kampus yang menyediakan wifi dengan kecepatan yang sangat bagus pada malam hari dan lumayan bagus pada siang hari. Biasanya anak-anak pemburu wifi ini menyebut dirinya sebagai wifi hunter/penjaga pendopo. Mereka rela duduk berjam-jam sambil menatap HP/laptop dengan tampang serius. Biasanya sih mereka asyik membuka channel youtube dan menikmati konten apa saja yang disediakan.
Pada semester 4-6 aku pernah menjadi salah satu grup wifi hunter/penjaga pendopo ini. Bahkan sampai pernah membawa lotion anti nyamuk segala untuk menikmati kenyamanan mengakses internet tanpa gangguan dari nyamuk. Tapi kalau disini pada malam hari suasanyanya agak seram gimana gitu. Apalagi gedung O4 yang sudah tua dan gelap, rasanya kaya ada yang aneh yang mengawasi kita dari atas gedung itu saat kita duduk anteng di pendopo. Mendadak merasa horror dan pengen pulang padahal download an belum kelar. Ya udahlah palingan itu cuma halusinasi. So lanjutkan lagi download an. Hidup wifi hunter FIP Unesa! Wkwk.

7.      Makan Penyetan di seberang perempatan gang 7
Anak-anak biasa menyebutnya penyetan mas ganteng atau penyetan mas Aris (heran juga sih sampai tau nama yang jual penyetan). Aku sendiri menyebutnya penyetan dekat kosku (selama masih kos di gang 7) dan penyetan dekat kos Mamad atau kos mbak luluk (saat sudah pindah kos). Bukan hanya tampang penjualnya yang menjadi daya tarik warung makan ini, tapi juga rasa sambalnya yang enak. Pedasnya dan asinnya itu seimbang sehingga menciptakan rasa yang pedas enak. Dulu ketika malas masak, aku suka membeli makan disini atau dimakan di tempat kalau ada temannya atau lagi nyari makan sama temanku. Mungkin karena keseringan membeli makan disitu Masnya sampai hafal dengan mukaku. Sampai pernah diajak ngobrol gitu, tapi lupa mengobrol tentang apa. Mungkin karena banyak factor warung penyetan ini juga ramai diserbu pelanggan. Baik siang ataupun malam. Pernah aku beli makan sehabis isya eh udah habis aja. Tapi kalau makan disini sebenarnya agak was-was juga sih, mengingat warung ini dekat dengan kosku yang lama, rasanya kalau ketemu teman kos yang lama itu gimana gitu, kaya sungkan atau gimana ya? Pokoknya nggak nyaman. Untungnya sih hanya 1-2 kali aku ketemu teman saat makan disitu, selebihnya aman jaya sentosa.
 Dan itulah kenangan kelam dan menyenangkan yang pernah aku lalui selama 4 tahun menimba ilmu di kota pahlawan. Semua kenangan itu silih berganti berjalan di dalam kepala seiring dengan tangan yang terus memencet keyboard. Mudah-mudahan masih diberi kesempatan untuk kembali ke Surabaya, walaupun hanya sekedar mengenang salah satunya. Atau mengenang semuanya. Who know? Hehe.

1 komentar:

  1. numpang promote ya min ^^
    buat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
    kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||

    BalasHapus