Sabtu, 23 Mei 2020

Friendzone: Ketika persahabatan lawan jenis menimbulkan rasa cinta di salah satu pihak.

Sudah bukan rahasia lagi jika hubungan pertemanan atau persahabatan lawan jenis akan menimbulkan gejolak cinta.
Entah itu dirasakan salah satu pihak atau keduanya. Alasan paling klise yang membuat mereka tidak pernah mengutarakan secara jujur perasaannya adalah takut hubungan persahabatan itu akan hancur dan saling menjauh satu sama lain. Ya ya ya, lagi-lagi masalah cinta membuat segalanya jadi ruwet. Friendzone, entah itu dunia nyata atau film akan terasa sangat menyakitkan. Yang terlibat langsung dalam zona itu akan mengalami sakit berkali-kali lipat. Namun akhir dari hubungan friendzone ini memiliki 2 muara, pertama keduanya pada akhirnya sadar akan perasaan masing-masing dan memilih menjalin hubungan serius, atau kemungkinan kedua, mereka akan putus hubungan dan menjalani hidup masing-masing dengan pasangan mereka.
Dalam dunia nyata Friendzone bisa terjadi pada siapa saja, entah itu teman sekolah, teman kuliah atau bahkan rekan kerja. Untuk film, sudah ada banyak yang mengangkat tema ini, sebut saja film Teman Tapi Menikah, kisah cinta Ayudia dan Ditto, Antalogi Rasa adaptasi novel Ika Natassa dan yang lumayan baru tentu film asal negeri gajah putih  berjudul Friendzone.

Film Friendzone sendiri diproduksi oleh GDH, rumah produksi yang sudah banyak sekali menghasilkan film berkualitas seperti Bad Genius (baca review saya mengenai film Bad Genius di https://arinaalhaqqi.blogspot.com/2020/05/bad-genius-film-dengan-cerita-kelewat.html) One Day, ATM Error, A Gift dan masih banyak lagi lainnya. Film Friendzone menceritakan tentang Palm dan Gink yang telah bersahabat sejak masih di bangku sekolah, Palm bahkan rela bolos sekolah dan bersedia diajak Gink keluar kota hanya untuk menemani Gink memata-matai ayahnya yang dianggap berselingkuh. Tak hanya itu saja, Palm bahkan rela menggunakan tunjangan pramugara miliknya hanya untuk menemui Gink dimana pun perempuan itu berada, mulai dari Myanmar, Malaysia hingga Hongkong. Setiap kali Gink menelponnya dan meminta untuk ditemani, Palm akan langsung menemui perempuan itu. Tentu saja Palm melakukan semua itu karena dia mencintai Gink, sementara Gink hanya menganggapnya sebagai teman terbaik, tidak lebih dari itu.
Sudah banyak sekali film yang mengangkat tema sejenis, namun yang membedakan film Friendzone dibandingkan film yang lain tentu saja adalah humornya atau komedinya, jika film jenis romance seperti ini biasanya hanya fokus dengan kisah cinta yang menyayat hati itu, Friendzone tidak demikian, ada pembagian yang tepat antara komedi dan dramanya, dan hal itu membuat film ini tidak melulu menjadikan penonton cengeng, namun juga bisa tertawa, lalu baper lagi dan begitu seterusnya. Humor di film ini juga sangat natural, tidak terkesan dibuat-buat dan cenderung mengalir apa adanya. Selain sisi humor, akting tokoh di film ini juga keren. Chemistry kedua tokohnya dapat, mereka seolah-olah tidak sedang berakting, namun seperti menjalani/mengalami kisah itu sendiri, terjebak dalam Friendzone selama satu dekade.

Scene yang tidak terlupakan tentu saja saat Gink dan Palm sedang di Hongkong untuk memata-matai Ted, pacar Gink yang diduga berselingkuh, saat itu Gink sedang galau akibat dugaan perselingkuhan itu, dia yang sedang naik bus tingkat  lalu meloncat ke papan reklame yang ada di jalan, hal itu membuat semua orang yang ada di bus dan di area sekitar menjadi heboh, setelah Palm berhasil mengajak Gink turun dari papan reklame mereka lalu dipanggil oleh petugas keamanan, petugas keamanan mengira keduanya adalah sepasang suami istri, namun Palm mengatakan jika keduanya hanya berteman, salah satu satpam itu lalu menepuk-nepuk pundak palm dan berkata “Frienzone”.

Selain adegan di Hongkong itu tentu saja hal yang berkesan lagi adalah saat Gink sakit perut dan dia buang air besar di hutan. Dia kebingungan untuk membersihkannya karena tidak memiliki tisu, Palm lalu melemparinya kaos kaki namun Gink tidak mau, Gink berniat membersihkan dengan daun kering, namun Palm dengan gentle membuka kaosnya dan memberikan pada Gink untuk membersihkan diri, padahal kaos itu adalah kaos dari brand ternama. Alhasil Palm rela bertelanjang dada menuju pantai dan dia juga diejek oleh seorang anak kecil saat sedang di lampu merah.

Tokoh Palm digambarkan menjadi laki-laki yang sangat bucin, hal ini terlihat dari dia rela bolos hanya untuk memata-matai ayah Gink, rela membayari penerbangannya dan Gink saat memata-matai ayahnya padahal saat itu dia masih murid SMA, rela datang kapanpun dan dimana pun Gink berada saat perempuan itu memintanya datang padahal mereka berada di negara berbeda, dia juga rela melakukan banyak sekali bolos kerja hanya untuk menemani Gink. Sedangkan tokoh Gink digambarkan menjadi wanita karir yang sukses, namun belum bisa mandiri menghadapi masalahnya, dia selalu mengandalkan sahabatnya Palm untuk membantu menyelesaikan masalahnya, yang tentu saja membuat laki-laki itu sering bolos dari pekerjaannya sebagai Pramugara.
Alur dalam film ini adalah campuran dengan bentuk narasi. Tokoh Palm menceritakan kisahnya di masa lalu bersama Gink, lalu kembali lagi ke masa sekarang, lalu adegan kembali ke masa lalu lewat penuturan cerita dari Palm. Sehingga film ini flashback tentang kejadian yang terjadi pada Palm selama 10 tahun mengalami friendzone dengan Gink.
Soundtrack di film ini dinyanyikan oleh penyanyi wanita dari berbagai negara, seperti Laos, Vietnam, Fillipina, Malaysia,Kamboja,Hongkong dan Indonesia. Dari indonesia diwakili oleh Audrey Tapiheru dan Cantika Abigail. Lagu yang dinyanyikan di film ini juga menjadi ide dari cerita di film Friendzone.
Menurut saya, Friendzone adalah film Thailand pertama yang saya tonton dengan akhir cerita yang tidak menggantung. Kebanyakan filmThailand yang saya tonton selalu diakhiri dengan cerita yang menggantung, seakan masih ada lanjutannya, namun  Ending dari film ini jelas, Happy Ending. Semua bagahia, baik penonton ataupun tokoh di dalam film.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar