Selain terkenal dengan keberingasan jalan Ahmad Yani di 05.15, Surabaya juga terkenal dengan historinya yang sangat panjang. Tak hanya mengenai asal-usul kotanya yang menurut legenda berasal dari pertengkaran ikan hiu Sura dan Buaya dalam memperebutkan wilayah kekuasaan, namun juga sejarah dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Tak heran bila kota ini mendapat julukan kota Pahlwan. Ngomongin soal Pahlawan, tak lengkap rasanya bila kita tidak ikut membahas mengenai tempat-tempat bersejarah di Surabaya. Tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan Arek Suroboyo dalam merebut kemerdekaan dari penjajah. Bagi sebagian orang mungkin sudah tak asing lagi dengan tempat-tempat berikut.
1.
Tugu
Pahlawan dan Museum Sepuluh November
Bangunan
yang berdiri pada luas area 1,3 hektar ini adalah sebuah bangunan bersejerah
yang menjadi simbol perjuangan arek-arek Suroboyo sekaligus penghormatan bagi
para pejuang Surabaya yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan. Tugu
Pahlawan juga menjadi ikon kota Surabaya selain patung Sura dan Buaya. Tugu
Pahlawan didirikan pada tanggal 10 November 1951 dan diresmikan setahun
kemudian, tepatnya tanggal 10 November 1952 oleh Bapak Presiden pertama, Ir
Soekarno. Pada tanggal 10 Nvember 1991 mulai dibangun Museum Sepuluh November
dengan luas 1366 m2 pada kedalaman 7 meter di bawah permukaan tanah di areal
Kompeks Tugu Pahlawan. Bangunan Museum ini diresmikan oleh Bapak Presiden
keempat yaitu KH. Abdul Rahman Wachid. Di Museum 10 November ini kita bisa
menemukan banyak sekali pengetahuan sejarah mengenai peristiwa 10 November dari
diorama hingga info mengenai tokoh yang berjasa pada peristiwa ini. Ada juga
info mengenai RS Simpang yang menjadi tempat dirawatnya para pejuang yang
terluka maupun gugur akibat peristiwa 10 November. Lokasi Tugu Pahlawan ini
berada di pusat kota sehingga mudah di jangkau dengan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum. Bangunannya sangat ikonik, memiliki lengkungan yang
jumlahnya 10 dan dibagi menjadi 11 ruas sehingga pengunjung sudah bisa
mengetahuinya dari jarak beberapa meter. Untuk kunjungan Museum 10 November
dikenakan biaya Rp 5000 untuk umum.
2.
Museum
Dr Soetomo
Pasti
sudah tidak asing bukan dengan tokoh yang satu ini. Siapa yang tak kenal dengan
Dr Soetomo atau yang dulu sewaktu kecil bernama Soebroto, salah satu tokoh
pergerakan Indonesia. Beliau bersama Dr Wahidin Soedirohusodo, Soeradji
Tirtonegoro dan Goenawan Mangoenkoesoemo mendirikan organisasi pergerakan pertama
di Indonesia bernama Budi Utomo pada 20 Mei tahun 1908. Untuk selanjutnya
setiap anggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Selain
seorang tokoh pergerakan Nasional, Dr Soetomo juga seorang dokter hal ini bisa
kita lihat di Museum Dr Soetomo Surabaya yang beralamat di jalan Bubutan No.
85-87 Kec. Bubutan, Kota Surabaya. Di museum ini di pamerkan beberapa peralatan
medis yang digunakan oleh Dr Soetomo selama mengobati pasien semasa hidupnya.
Sayangnya beliau meninggal pada usia 50 tahun pada 30 Mei 1938, 4 tahun setelah
kepergian istrinya, akibat terkena penyakit kulit. Untuk mengenang jasa beliau
nama Dr Soetomo kemudian dijadikan nama dari sebuah rumah sakit di Surabaya dan
pada tanggal 27 Desember 1961 mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional. Jika
ingin berziarah ke makam Dr Soetmo cukup berkunjung ke kompleks Pendopo Gedung
Nasional Indonesia (GNI), lokasi makam berada di samping Museum dan di belakang
Pendopo. Tiket masuknya gratis.
3.
Museum
WR Soepratman
Museum
ini berlokasi di jalan Mangga No 21 Kelurahan Tambak Sari Surabaya. Lokasi
museumnya masuk ke gang kecil, namun jangan khawair ada petunjuk jalannya. Museum ini dekat dengan taman 10 November,
tepatnya sebelum masuk ke gang ada taman 10 November. Bangunan Museum ini
merupakan rumah milik Kakak pertama WR Soepratman yang bernama Roekiyem
Soepratijah, WR Soepratman tinggal di rumah tersebut pada tahun 1937 hingga
beliau meninggal dunia pada 17 Agustus tahun 1938. Di sepanjang dinding Museum
ini terpajang foto-foto WR Soepratman beserta keluarga dan teman dekat. Ada
juga replika biola dan pakaian yang dikenakan oleh WR Soepratman pada saat
Sumpah Pemuda II, untuk biola yang asli disimpan di salah satu ruang di Museum
Sumpah Pemuda Jakarta. Ada juga lirik lagu Indonesia Raya versi 3 stansa yang
tercetak di dinding belakang museum ini. Museum ini sangat bersih dan terawat,
di halaman depan museum pengunjung bisa menjumpai patung WR Soepratman sedang
bermain biola. Tiket masuk ke Museum ini gratis.
4. Museum HOS Tjokroaminoto
Lokasi
museum ini tidak jauh dari Museum Surabaya Siola. Tepatnya di jalan Peneleh Gg
VII Kelurahan Peneleh Kecamatan Genteng Surabaya. Kira-kira kita hanya perlu
berjalan sekitar 100 m dari muka gang. Selain sebagai tempat tinggal HOS
Tjokroaminoto dan istri, museum ini juga menjadi saksi bisu perjuangan bangsa
maupun lahirnya tokoh nasional. Di lantai 2 rumah ini dulunya sebagai tempat
kos oleh tokoh-tokoh nasional seperti Tan Malaka, Semaun, Darsono, Alimin dan
juga Bapak Presiden Soekarno. Foto beliau ini terpajang di dinding belakang,
dekat tangga menuju lantai 2. Ada banyak koleksi sejarah di Museum ini tota ada
143 koleksi. Museum ini buka hari Selasa-Minggu, Senin tutup. Tiket masuknya
gratis.
5.
Museum
Surabaya Siola
Bangunan
yang berada di jalan Tunjungan ini dahulunya adalah gedung yang dibangun oleh
investor berkebangsaan Inggris bernama Robert Laidlaw. Pada awal pembangunan
gedung ini rencananya akan dijadikan tempat bisnis. Robert Laidlaw menamakan
gedung ini Het Engelsche Warenhuis. Robert Laidlaw sendiri adalah pengusaha
teksil terbesar saat itu dan memiliki usaha bernama Whiteaway Laidlaw. Pada
ahun 1935 masa kejayaan keluarga Laidlawa berakhir di bidang perdagangan, hal
ini lantaran pemiliknya meninggal. Pada masa penjajahan Jepang toko ini dibeli
oleh pengusaha asal Jepang dan namanya diganti menjadi Toko Chiyoda. Di toko ini banyak menjual tas dan koper yang sangat
diminati pada masa itu. Setelah sekutu dating gedung ini menjadi tak
berpenghuni. Pada tahun 1945 gedung ini digunakan sebagai tempat pertahanan
masyarakat Surabaya untuk menghindari serangan sekutu. Pertempuran itu membuat
pejuang membumi hanguskan gedung ini. Pada 1960 dilakukan renovasi dan namanya
kembali diubah menjadi Toko Siola. Siola sendiri diambil dari nama kongsi
pemiliknya antara lain Soemitro-Ing Wibisono-Ong-Liem-Ang. Toko Siola dibuka
menjadi pusat perbelanjaan pertama di Surabaya. Sayangnya pada tahun 1998 Toko
Siola terpaksa harus ditutup karena kalah saing dengan pusat perbelanjaan
modern seperti Tunjungan Plaza, Pasar Atum, Pasar Turi dan Plaza Surabaya.
Karena gedung ini tak pernah berhasil untuk dijadikan tempat usaha akhirnya
gedung ini dikembalikan pada Pemkot Surabaya. Pada tahun 2015 gedung ini oleh
Bu Risma dijadikan Museum Surabaya dengan koleksi ebih dari 1000 an benda-benda
bersejarah yang berkaitan dengan sejarah Surabaya. Untuk Museum Surabaya Siola
sendiri berada di lantai 1 gedung Siola. Buka setiap Selasa-Minggu, namun untuk
saat ini Museum Surabaya Siola diutup sementara karena dalam tahap perbaikan.
6.
Balai
Pemuda
Gedung
yang dibangun pada tahun 1907 dengan bergaya Eklesitisme yaitu Neo gothic, renaissance
dan klasika romanika ini dahulunya bernama Simpang Societeit atau Simpang Club.
Gedung yang digunakan untuk tempat bersenang-senang para elite Belanda atau
tamu Eropa pada saat menduduki Surabaya. Mereka yang hobby bermain tennis,
Billiard, Dansa atau Bermain Kartu akan berkumpul di Simpang Club. Pada tahun
1945 gedung ini dikuasai oleh Arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam PRI
sekaligus merupakan markas Pemuda Arek-arek Suroboyo. Setelah melalui
perlawanan yang sengit dengan pihak Belanda akhirnya Arek-arek Suroboyo
terdesak mundur. Pada tahun 1950 gedung ini dikuasai oleh Penguasa Militer
Provinsi Jawa Timur dan sebagai pelaksana penguasa militer adalah KMKB
Surabaya. Tanggal 12 Desember 1957 Komandan KMKB menyerahkan gedung ini kepada
Ketua Dewan Pemerintah Daerah Kota Surabaya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Surabaya bekerjasama dengan Surabaya Tourism Promotional Board menjadikan
gedung ini sebagai bangunan cagar budaya. Selanjutnya Pemerintah Daerah
menggunakan gedung ini sebagai balai pertemuan umum (untuk pesta, rapat,
seminar dan pameran) dan mengganti namanya menjadi Balai Pemuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar